Cagub OD : Sulut Musti Bale Jadi Pusat Pendidikan di Indonesia Timur
Olly Dondokambey - Steven Kandouw |
“Saya
ingat dulu, di Manado ada banyak asrama mahasiswa Donggala, Poso,
Ternate, Gorontalo, Maluku, dan sejumlah daerah Papua. Sekarang sudah
tidak ada,” kata Olly mengenang.
Sejarah
manis Kota Manado dan Tomohon sebagai pusat pendidikan di Indonesia
Timur itu diharapkan menjadi motivasi pengembangan pendidikan di
Sulawesi Utara. Komitmen pembangunan sektor pendidikan Olly Dondokambey
itu dikemukakan dalam sebuah diskusi dengan sejumlah tokoh generasi muda
Sulut dan wartawan di kediamannya di Kolongan, Minahasa Utara, pekan
lalu.
“Hanya dengan pendidikan yang baik kita bisa membangun daerah ini. Kita punya modal, sejarah pendidikan yang baik,” katanya.
Unsrat
dan Unima (dulu IKIP Negeri Manado), STF Seminari Pineleng, UKIT
Tomohon, dan Unklab adalah bagian dari sejarah kejayaan pendidikan di
Sulut. Juga beberapa sekolah menengah seperti, SMA Donbosco, SMA
Rexmundi, SMA Kristen Manado, beberapa sekolah kejuruan pertanian,
keguruan, keperawatan di Tomohon dan Manado adalah saksi sejarah
pendidikan yang membanggakan.
“Mari
kita bangkitkan lagi kejayaan pendidikan di Sulut, peradaban dan budaya
itu tidak lain adalah pendidikan,” kata Olly meyakinkan. Menurutnya,
bidang pendidikan menjadi sangat penting untuk membangun bangsa.
Indonesia Timur yang berlimpah sumberdaya alamnya memerlukan kualitas
sumberdaya manusia, dan itu hanya bisa dijawab dengan pengembangan dunia
pendidikan secara berkelanjutan.
Dikatakannya,
sebenarnya spirit pendidikan di Sulawesi Utara sangat menonjol dengan
hadirnya lembaga-lembaga pendidikan yang sangat beragam sejak sebelum
kemerdekaan. Puluhan tahun lalu Sulawesi Utara sudah punya sekolah
filsafat dan teologi, akademi koperasi, sekolah kejuruan pertanian,
sekolah kejuruan keperawatan, sekolah pelayaran dan perikanan.
“Tetapi
faktanya sekarang banyak pelajar kita justru sekolah ke daerah lain,”
tuturnya. Olly kemudian menyatakan tekadnya untuk mendorong dan
mefasilitasi pengembangan pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan
tinggi di Sulawesi Utara.
Dia menunjuk contoh dua universitas negeri masing-masing Unsrat dan Unima.
“Saya
membayangkan Unsrat dan Unima dengan 20 fakultas (11 Unsrat dan 9
Unima-red) semuanya memiliki program study doctoral. Kalau itu terwujud,
nanti setiap tahun Sulut bisa mencetak 1.000 doktor,” katanya.
Kalau
setiap fakultas di Unsrat dan Unima memiliki program ke jenjang
doctoral, maka mahasiswa tidak harus melanjutkan study ke luar daerah
atau luar negeri. Tentu saja, lanjutnya, semua fakultas di Unsrat dan
Unima harus difasilitasi untuk bisa semakin berdaya saing. Tidak hanya
itu, beberapa perguruan tinggi swasta seperti Unklab, UKIT, STF Pineleng
juga dapat didorong dan difasilitasi untuk dapat memiliki program study
doctoral.
“Kalau
semua universitas di Sulut punya program doctoral, akan banyak doktor
setiap tahun bisa kita persembahkan untuk bangsa,” tutur Olly optimis.
Dengan demikian, katanya, Sulawesi Utara dapat kembali meraih pamornya
sebagai pusat pendidikan di Indonesia Timur. (MO1)
Tidak ada komentar