Peristiwa SUPERSEMAR sudah 50 Tahun, Naskah Asli Masih Jadi Misteri
Manadone.com
- Hari ini peristiwa bersejarah itu terjadi. Tepat 5O tahun sudah, Surat
Perintah Sebelas Maret itu dibuat. Namun hingga kini keberadaan naskah aslinya
masih menjadi misteri. Sementara, tiga versi naskah dipegang oleh Arsip
Nasional Republik Indonesia dipastikan palsu. Saksi kunci pun sudah banyak
dimintai keterangannya mengenai surat dianggap pengalihan kekuasaan ini. Namun
tak kunjung ditemukan.
Sayang
semua saksi mata mengetahui peristiwa bersejarah ini dipastikan sudah menghadap
sang khalik. Lalu bagaimana cara menelusuri keberadaan surat membuat Presiden Soekarno itu harus turun dari tampuk kekuasaan kemudian digantikan Soeharto?
Menurut sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam,
ada baiknya jika Peraturan Pemerintah memperkuat Undang-Undang Kearsipan tahun
2009 untuk mencari surat itu terbit, perlu juga memeriksa kediaman Soeharto di
Jalan Cendana.
"Saya
berharap dengan adanya DPA itu, nah Arsip Nasional itu melacaknya antara lain
di rumah Pak Soeharto. Di rumah Pak Soeharto, misalnya di Jalan Cendana itu.
Siapa tahu masih tersimpan di situ," ujar Asvi melalui sambungan seluler
semalam.
Berikut
petikan wawancara Asvi Warman Adam kepada Arbi Sumandoyo mengenai misteri Surat
Perintah Sebelas Maret.
Sampai saat
ini Supersemar masih jadi misteri, apakah masih ada lagi saksi hidup lain yang
tahu proses pembuatan surat itu?
Saya
kira sudah pada meninggal semua. Tetapi kan surat itu kan, mudah-mudahan masih
bisa ditemukan, karena sekarang ini sudah ada Undang-Undang Kearsipan yang
baru. Itu Undang-Undang tahun 2009, itu kan sudah ada ketentuan mengenai DPA
(Daftar Pencarian Arsip). Nah masalahnya, harusnya Supersemar harus masuk dalam
daftar pencarian arsip. Sekarang permasalahannya yang belum keluar itu peraturan
pemerintahnya, yang mengatur ketentuan itu. Kalau sudah ada peraturan
pemerintah, sudah ada anggarannya dan lain-lain bisa dicari lagi.
Ada kesaksian
dari Ali Ebram soal versi berbeda peristiwa Supersemar?
Saya
kira beliau sudah meninggal, tetapi kan masalahnya apa. Dari dia kan cuma
bedanya hanya siapa yang mengetiknya, ada yang mengetiknya, satu mengatakan
Sabur. Kemudian Ali Ebram mengatakan dia yang mengetiknya. Itu tidak jadi soal
siapa yang mengetiknya, Sabur atau dia, tetapi surat itu memang diketik.
Artinya tiga
surat yang dipegang Arsip Nasional itu dipastikan bukan yang asli?
Bukan yang autentik.
Dari
sepengetahuan Anda, seperti apa versi surat yang asli, apakah menggunakan kop
surat Kepresidenan?
Ya itu
yang dilampirkan dalam buku Jenderal Yusuf itu, itu kan kop suratnya berlambang
Garuda. Jadi bukan kop presiden, kalau presiden kan lambangnya bintang, padi
dan kapas.
Karena dulu kop surat Istana memang belum ada lambang padi dan kapasnya?
Karena dulu kop surat Istana memang belum ada lambang padi dan kapasnya?
Jadi, itu
juga, maksud saya kalau surat itu memang dibuat di Bogor, kop suratnya tersedia
enggak di Istana Bogor. Karena kan, kegiatan sehari-hari presiden kan di Jakarta. Pertanyaannya, apakah benar surat dan kop itu tersedia atau tidak
di Istana Bogor.
ANRI sudah
berupaya mengejar beberapa saksi kunci Supersemar, termasuk pengakuan Jenderal
Yusuf?
Ia kan
apa namanya, dalam wawancara Jenderal Yusuf dengan Atmaji, penulis buku
biografinya, Yusuf itu mengatakan dia mempunyai tiga macam Supersemar. Kemudian
Supersemar draf pertama, kemudian Supersemar draf telah di corat-coret dan yang
ketiga adalah yang diketik. Tetapi semuanya dalam bentuk tembusan. Nah
kemudian, Arsip Nasional itu kan kepalanya Muklis Faini, dia sudah mencoba
menanyakan kepada istri Jenderal Yusuf, tetapi kan tidak ada, tidak berhasil
begitu. Dan Evi Saelan juga sudah meninggal beberapa waktu lalu.
Ada pengakuan
dari pendiri Ponpes Tebu Ireng, Supersemar dipegang oleh seseorang ?
Iya itu
kan, kalo enggak salah dari Mas Agung katanya juga disimpan di sebuah Bank di
Singapura tetapi tidak bisa diverifikasi pernyataan itu.
Karena memang
saksi-saksinya tidak ada?
Karena
memang semua yang ngomong itu sudah meninggal. Yang ngomong itu adalah Pamannya
Gus Dur, bapaknya Syaifullah Yusuf dan Mas Agungnya juga sudah meninggal, begitu. Saya juga tidak
tahu kemudian harus kepada Mas Agung yang aslinya begitu, dan dipegang oleh Mas
Agung. Dari mana dia dapat.
Apakah ada
kemungkinan naskah asli Supersemar dipegang oleh Pak Harto?
Ya
makanya harus diperiksa, jadi saya kira dengan adanya Daftar Pencarian Arsip
(DPA) itu. Saya berharap dengan adanya DPA itu, nah Arsip Nasional itu
melacaknya antara lain di rumah Pak Soeharto. Di rumah Pak Soeharto, misalnya
di Jalan Cendana itu. Siapa tahu masih tersimpan di situ.
Sejauh ini
belum ada yang memeriksa rumah Pak Harto?
Belum
ada barang kali, belum berani juga. Mungkin kalau sudah ada dasar resmi, masuk
dalam Daftar Pencarian Arsip (DPA), sudah ada Peraturan Pemerintahnya, mereka
baru berani melakukan itu.
Karena sudah
ada dasarnya?
Karena
sudah ada dasar hukumnya. Karena nanti kalau tidak bisa dipersoalkan. Kenapa
melakukan pemeriksaan. Tetapi ini kan ada Undang-Undangnya, ada Peraturan
Pemerintahan.
Masih mungkin
Supersemar ditemukan?
Ya
masih mungkin, masih bisa dicari. Katakan karena misalnya proklamasi, itu kan
baru ditemukan beberapa waktu kemudian. Bahkan teks berupa drafnya itu baru
ditemukan belakangan. Jadi artinya, ada naskah-naskah baru ditemukan dan
diserahkan ke Arsip Nasional belakangan.
Banyak versi
mengatakan isi tiga Supersemar adalah sama, tetapi dari pernyataan Ali Ebram
ada yang beda?
Tidak,
pada intinya itu semua sama hanya soal kotanya, Jakarta atau Bogor. Atau satu
halaman atau dua halaman. Kemudian yang ketiga adalah poinnya itu tiga atau
empat, tetapi poin ketiga dan keempatnya itu terpisah atau selesai, atau
enggak. Jadi pada intinya versi yang beredar itu intinya sama, ditafsirkan oleh
Suharto sesuai kemauan dia. Ini untuk membubarkan PKI, menangkap Menteri dan
lain-lain, kan begitu.
Karena
sebelumnya ada rapat juga dengan Moerdiono soal pembubaran PKI?
Memang
sudah direncanakan pembubaran itu, mereka kan belum punya dasar hukumnya,
Sudharmono itu kan sudah membuat konsepnya. Ada Supersemar baru itu ada dasar
hukumnya.
Artinya
Supersemar hanya legalitas untuk mengambil alih kekuasaan dan membubarkan PKI?
Membubarkan
PKI itu adalah bagian dari mengambil alih kekuasaan. Karena bukan hanya PKI di
bubarkan, karena PKI di bubarkan tanggal 12 Maret. Dan kemudian dibubarkan juga
Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden. Itu kan 3000 orang dibubarkan.
Kemudian 15 orang Menteri di tangkap. Itu juga dalam rangka, mengurangi
kekuasaan Soekarno. Pers juga dikuasai, semuanya harus seizin Pusat Penerangan
Angkatan Darat. Jadi itu semuanya rangkaian untuk mengambil alih kekuasaan.
Mungkin
Supersemar tidak disimpan di Jakarta?
Mungkin
saja begitu. Karena itu kalau dianggap penting, itu disimpan oleh Soeharto
karena itu sangat berharga. Karena dengan surat itu dia memperoleh kekuasaan.
Kalau dilihat
dari tahun, mulai dari ukuran dan ketebalan kertas, Supersemar diketik satu
atau dua lembar?
Kalau
dari kesaksian beberapa orang yang membaca, itu dua lembar. Dan menjadi satu
lembar itu karena diketik ulang. Itu digandakan oleh Sudharmono, karena
digandakan itu kemudian tandatangan Soekarno jadi berbeda karena baru dibuat
kemudian, pada ketikan ulang itu. Karena tidak mungkin minta tanda tangan lagi.
Seandainya
Supersemar ditemukan, artinya maksud dari Supersemar selesai?
Dengan
atau tanpa ditemukan yang asli, kan bisa diberi penjelasan seperti itu. Kepada
siswa atau mahasiswa.
Artinya
Supersemar sudah selesai?
Tentunya
lebih baik aslinya juga ditemukan, karena yang sekarang inikan ada beberapa
versi. Kemudian juga untuk, bukan hanya penulisan sejarah, tetapi juga untuk
sejarah Indonesia itu perlu ada yang aslinya. Tetapi seandainya belum juga
ditemukan, penjelasan soal pengambilalihan kekuasaan tadi bisa disampaikan
dalam pengajaran. Itu kan soal makna dari Supersemar itu. Persoalannya kan ada
tiga, kalau kita bicara asli atau tidak itu kan soal teksnya. Tetapi kemudian
yang kedua juga bisa dilihat soal prosesnya dengan penekanan. Bukan diserahkan
secara sukarela. Kemudian tadi penafsiran itu timbul.
Dengan begini
artinya ini menjadi pekerjaan rumah bersama-sama?
Iya
akan lebih baik jika masih bisa dicari, diupayakan.
Apakah perlu
juga meminta keterangan anak-anak Pak Harto?
Untuk
apa begitu. Kecuali mereka memang ikut di proses pembuatan itu. Misal istri
Soekarno di Bogor, Hartini. Dia kan ada di istana Bogor saat itu. Tetapi
masalahnya dia kan juga sudah meninggal. Jadi lebih kepada yang terlibat dalam
proses pembuatan surat itu. Atau pun orang yang pernah membaca pertama seperti,
Sudharmono, tetapi dia juga sudah meninggal.
Versi
sebenarnya, Supersemar itu atas inisiasi Soekarno atau paksaan?
Jadi
saya ingin memilih istilah yang lebih tepat itu, bukan dipaksa tetapi ada
penekanan.
Karena
sebelumya sudah ada tanda-tanda itu?
Iya,
jadi mungkin istilahnya bukan memaksa tetapi menekan. Ya beda-beda tipis lah,
tetapi menurut saya di situ subtansinya. Artinya dengan penodongan senjata.
Tetapi kalau menekan kan itu dengan demonstrasi, dengan bermacam-macam tindakan
lain seperti menekan.
Karena memang
ada proses yang alot ketika tiga jenderal mendatangi Istana?
Ya itu
tidak dengan sukarela diberikan, tetapi tadi dengan penekanan. Dengan adanya
tekanan terhadap Soekarno.
Merdeka.com
| Aprilia Oroh
Tidak ada komentar