Header Ads

  • Breaking News

    Soal Ustaz Bertarif Tinggi, MUI : Jangan Undang Mereka!

    ManadOne -- Fenomena ustaz dan ustadzah selebritis sangat marak akhir-akhir ini. Seringkali mereka tampil di televisi memberikan tausiyah kepada khalayak. Apabila dilihat dari sisi komunikasi, siaran agama tersebut sangat menyenangkan dan dapat di terima maknanya oleh masyarakat.

    Namun, aktivitas menyiarkan agama mulai dipertanyakan oleh kalangan masyarakat akhir-akhir ini. Segelintir ustaz dan ustadzah memasang tarif tinggi untuk memberikan tausiyah kepada masyarakat.
    Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengatakan bahwa terminologi ustaz dan ustadzah di kalangan masyarakat, khususnya di Indonesia telah berubah.

    "Jadi kalau di Timur Tengah yang disebut dengan ustaz itu kalau mereka sudah profesor atau doktor. Kalau di pesantren di sebut ustaz itu kalau sudah lulus nyantrinya, lalu jadi guru karena kualifikasinya oleh pesantren itu lalu diangkat menjadi ustaz," kata Cholil seperti yang dilansir dari merdeka.com, Rabu (4/5).

    Nah sekarang ini terminologi ustaz sudah berubah bukan karena kualifikasinya. Oleh karena itu, kembalikan yang sebenarnya, orang yang disebut ustaz itu memiliki kualifikasi ilmu keagamaan yang baik, mengajarkan kepada orang lain," imbuhnya.

    Di lanjutkanya, mengenai ustaz dan ustadzah yang memasang tarif tinggi untuk memberikan tausiyah baik secara on air maupun off air, ia berkesimpulan bahwa yang diundang masyarakat itu adalah pemandu acara-acara keagamaan.

    "Kalau ngasih tarif tinggi kan ya nggak laku mbak, mereka itu biasanya hanya pemandu ustaz acara-acara keagamaan. Menurut saya masyarakat yang harus cerdas. Belajarlah ilmu agama itu pada orang yang mampu," sambung Cholil.

    Cholil pun menyarankan agar masyarakat untuk tidak mengundang apabila ustaz tersebut memasang tarif tinggi pada suatu acara keagamaan untuk memberikan tausiyah.

    "Kalau mahal nggak usah diundang, karena kalaupun ustaz yang bener-bener ustaz, tidak mungkin dia menjual ilmunya, tidak mungkin pakai tarif-tarif. Gak mungkin, karena semangatnya itu semangat menyampaikan ilmu, bukan memgambil profit dari kebutuhan orang. Oleh karena itu masyarakat yang cerdas hendaklah menyadari, orang yang masang seperti itu pasti bukan ustaz," tutupnya.


    Fitria Onu

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad