Musik Rap Tak baik untuk Anak Remaja
MANADONE.COM - Para
orang tua layak khawatir akan beberapa hasil studi dari penelitian tentang
hubungan antara musik dan remaja. Pasalnya, sebuah musik yang eksplisit punya
dampak buruk bagi remaja.
Dilansir
dari Daily Mail (26/2), peneliti dari Houston mengklaim bahwa ada sebuah
penghubung antara musik Rap dengan perilaku remaja yang gemar mengonsumsi
alkohol, bahkan hubungan di luar nikah. Dalam sebuah studi peneliti menemukan
bahwa mereka yang mendengarkan musik Rap di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama,
akan melakukan hubungan di luar nikah pada kelas 3.
Riset
sebelumnya menunjukkan bahwa media yang eksplisit, dengan referensi vulgar
maupun halus ke perilaku seksual, akan memiliki dampak yang besar jika
didengarkan oleh remaja. Dalam hal ini, musik Rap adalah salah satu yang
berkonten vulgar daripada genre musik lain.
Untuk
menguji teori ini, peneliti dari University of Texas Health Science Centre di
Houston, mendaftarkan 443 orang siswa untuk jadi partisipan penelitian selama
dua tahun. Para siswa SMP ini telah di-survei tentang seberapa sering mereka
mendengarkan musik Rap.
Hasil
dari penelitian ini adalah, para siswa yang mendengarkan musik Rap 3 jam atau
lebih tiap hari di kelas satu SMP, 2,6 kali lebih berpeluang untuk melakukan
hubungan intim dua tahun kemudian.
Namun,
penelitian lebih lanjut menemukan bahwa koneksi antara musik Rap dan perilaku
remaja tidak terhubung begitu saja. Ternyata, keinginan mereka untuk melakukan
pergaulan bebas didasari oleh perilaku teman mereka, yang sudah mereka ketahui
sebelumnya.
Jadi,
alurnya dimulai dari seorang remaja yang mendengarkan lirik yang vulgar secara
seksual di lagu, lalu mereka menanyakan kepada teman mereka apakah perilaku
yang ada di lagu tersebut sudah terjadi kepadanya atau belum. Jika temannya
mengonfirmasi, mereka akan berani berperilaku serupa.
"Semakin
kamu mendengarkannya (musik Rap), semakin kamu menyesuaikan diri dengan itu,
dan semakin kamu akan mencari pembenaran dengan bertanya kepada teman-temanmu,"
ungkap Kimberly Johnson-Baker, kepala penelitian dari studi ini.
Tidak ada komentar