Header Ads

  • Breaking News

    Cerita Menegangkan 10 ABK Saat Disandera Abu Sayyaf !!!

    10 Sandera yang dibebaskan dari Abu Sayyaf
    ManadOne - Suasana rumah keluarga Philip-Wowor di Kelurahan Sasaran Tondano Utara, Minahasa, Senin (2/5) pagi, begitu ramai.
    Sanak famili dan tetangga datang ke rumah itu. Mereka terlihat sibuk membantu Vemmy Wowor dan anaknya, Mark Philip yang akan terbang ke Jakarta bertemu dengan suami dan ayah bagi anaknya, Julian Philip.
    Julian Philip merupakan satu dari 10 korban sandera Abu Sayyafyang telah dibebaskan dan dipulangkan ke Tanah Air.
    Tak heran, gurat kesedihan Vemmy pun sirna. Yang ada adalah keinginan kuat untuk segera melihat dan memeluk sang suami yang diculik dan disandera sejak 26 Maret lalu dan baru dibebaskan Minggu (1/5).
    "Kami akan berangkat ke Jakarta sekitar jam 11 dan nanti di Jakarta perusahaan yang akan menjemput kami di bandara," ujar Vemmy 
    Vemmy mengaku bahwa suaminya sudah menelepon dan memberitahukan sementara berada di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta untuk melakukan cek kesehatan.
    "Suami saya minta dibawakan semir rambut, celana jeans, baju, sepatu, dan cukur kumis, serta beberapa perlengkapan lain lantaran katanya sudah tidak ada apa-apa lagi," jelas dia.
    Namun apakah akan langsung membawa pulang sang suami ke Tondano atau tetap di Jakarta, Vemmy menunggu arahan dari perusahaan tempat suaminya bekerja.
    "Semua yang atur dari perusahaan, termasuk yang memfasilitasi keberangkatan juga semuanya ditanggung pihak perusahaan," jelasnya.
    Sebelum berangkat ke Bandara Sam Ratulangi, keluarga Philip-Wowor dan tetangga menggelar doa bersama yang dipimpin Pendeta Theodere Tenda-Manus. Sang pendeta juga akan mendampingi mereka berangkat ke Jakarta.
    "Semoga kami sampai di tempat tujuan dengan selamat dan bisa bertemu dengan suami saya, dan bisa kembali ke Manado dan ke rumah Tondano," kata Vemmy.
    Di Jakarta, Julian Philip bersama 9 korban penyanderaan dikumpulkan di Kementerian Luar Negeri lalu diserahkan kepada keluarga.
    Saat itu, Julian mengenakan atasan putih dipadu celana gelap. Chief Officer kapal Brahma 12 yang dibajak Abu Sayyaf itu masih mengingat peristiwa pada 25 Maret 2016. Peristiwa pembajakan berikut penyanderaan itu terjadi sekitar pukul 15.20 waktu setempat.
    Julian menyebut, kelompok Abu Sayyaf saat itu berjumlah delapan orang. Kedatangan kelompok Abu Sayyaf semula tidak mencurigakan. Sebab, meeka mengenakan seragam polisi nasional Filipina.
    "Mereka datang ke kapal langsung boarding di kapal dengan speed boat," ujar Phillip.
    Namun, saat naik ke kapal, satu per satu anggota Abu Sayyafmengeluarkan senjata lengkap. Ada yang membawa senjata M14 dan M16 double body.
    "Pelurunya besar-besar, semua lengkap," kata Phillip.
    Kelompok Abu Sayyaf ini lalu menyandera awak kapal di atas anjungan. Sebagian diikat dan diborgol. Ikatan dan borgol tersebut tidak bertahan lama.
    Pasalnya, awak kapal dan Abu Sayyaf bersepakat tidak melakukan perlawanan dan mengikuti keinginan Abu Sayyaf.
    Kelompok Abu Sayyaf lalu membawa awak kapal berikut kapal menuju arah timur dari Malaysia. Kapal pun diarahkan menuju Tawi- Tawi, Filipina.
    "Kami disuruh lepas punya gandengan tongkang. Maunya kami dibuang jangkar, tapi mereka tidak setuju," tutur Phillip.
    Satu hari berselang, kapal berhenti di sebuah pulau. Setelah itu,Abu Sayyaf memutuskan kembali berlayar ke arah timur.
    Phillip mengaku, tidak tahu nama pulau yang dituju lantaran tidak memegang peta.
    Ia mengemukakan, kelompok Abu Sayyaf mendapat informasi dari informan. Para informan ini memberi kabar posisi aparat keamanan.
    "Kami itu dalam dua hari dipindahkan lagi, empat hari pindah lagi," kata dia.
    Selama disandera, Phillip mengaku stres. Sebab, Abu Sayyaf kerap mengancam untuk memotong leher.
    "Tekanannya kuat sekali. Otomatis kita stres karena sering diancam akan diiris leher," kata Phillip.
    Kendati demikian, kelompok Abu Sayyaf amat menjaga keamanan sanderanya. Mereka tak menginginkan sandera-sandera kehilangan nyawa. Ia menengarai, para penyandera tidak ingin kehilangan uang tebusan.
    Fitria Onu

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad