Curahan Hati Mantan Rektor Unima
ManadOne.com - Mantan pelaksana harian (Plh) Rektor Unima, Prof Jamal Wiwoho ungkapkan curahan hati (curhat) pengalamannya selama memimpin Unima saat serah terima jabatan di Ruang Senat Unima, Rabu (7/9).
Serijap dihadiri seluruh anggota Senat Unima, pegawai dan staf. Diawali dengan laporan yang disampaikan oleh PR II Prof Jeffry Tamboto, yang dilanjutkan dengan sertijab.
Aset secara simbolis diserahkan dalam bentuk dokumen yang ditandatangani bersama. Kemudian palu sidang senat diserahkan, begitu juha mobil dinas DB 11 diserahkan kepada Prof Julyeta Runtuwene, Rektor Unima yang baru.
Nah, setelah itu, barulah Prof Jamal diberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan dan kesan selama memimpin Unima.
"Awalnya tanggal 11 Mei merupakan momen penting, karena diundang oleh menteri dan ditantang ke Unima. Banyak yang menolak dan akhirnya saya yang dipilih untuk menjalani tugas sebagai pelaksanaan harian. Tanggal 17 Mei saya ke Unimauntuk pertama kalinya menjadi monumental," kata dia.
Dia menjalankan, bahwa pengalaman selama empat bulan memimpin Unima merupakan hal yang luar biasa. "Orang pertama saya kenal adalah Prof Arijani dan memang beliau pertama yang menguji ketabahan saya," ujar dia.
Menurutnya, hari pertama ia datang, semua dekan diundang. "Memang orang Unima adalah orang baik. Mereka menerima saya dengan sepenuh hati, dan tangan terbuka," ujar dia.
Ia juga sudah berkunjung dan melakukan konsolidasi terhadap semua fakultas dan lembaga. Namun dirinya mengaku masih punya utang ke lembaga penelitian.
Menurutnya, kesan pertama Unima luar biasa juga, bagai permata dalam lumpur. Dirinya menghadapi masalah awal saat terima demo aktivis mahasiswa juga dan perlu dibantu.
Selain itu, menurut dia, banyak yang kurang menyadari pentingnya tenaga pengajar, padahal dosen adalah yang terpenting, yang harus memberikan contoh dan pengajaran.
"Banyak kenangan di sini. Demo saat datang itu entah mendukung atau tidak, tapi itu supaya saya mendekatkan diri dengan Tuhan, sebab saya sangat dikhawatirkan saat itu. Tapi saya senang sekarang semuanya senyum dan gembira saat kehadiran saya," ujar dia.
Ia menjelaskan, rasanya tidak kuat meninggalkan Unima, lantaran empat bulan terlalu cepat. Sebab masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Miskomunikasi ternyata ada di mana-mana, jadi jangan ada dusta di antara kita, jangan saling fitnah, kalau ada masalah Unima diselesaikan di Unima saja, kalau ada kekurangan dan kejelakkan, datang ke kementerian untuk klarifikasi, saya akan bantu sekuat tenaga saya," ujar dia.
Dijelaskannya, permasalahan lain yaitu mahasiswa yang sudah 14 semester, akan diantarkan sampai selesai. "IKM juga sudah ada izinnya, saya salut sama Dekan FIK yang terus menerus tanya izin sampai dapat," ujarnya.
Menurutnya, dalam empat bulan terakhir juga Unima sudah didatangi semua pejabat, termasuk Menristek. Kenangan lain yang dirasakannya adalah proses pemilihan rektor. "Terima kasih panitia pemilihan, dan saya mau ingatkan persatuan lebih penting, siapapun yang terpilih tetap harus kita dukung, kalau yang belum kita doakan, kepentingan umum jauh lebih penting," ujar dia.
Untuk itu, mereka mempercayakan sepenuhnya kepada Prof Paula. "Semuanya harus rukun bersatu bersama-sama, kalau ada masalah menulisnya di jurnal saja, ngomelnya di seminar saja," kata dia.
Dijelaskannya juga bahwa ada 19 dosen yang urusan kepangkatan bermasalah, namun proses prajabatan sudah jalan dengan baik. Selain itu, menurutnya, Unima sudah menjadi kampus 3B yaitu baik, bersih, dan berprestasi.
"Tingkatkan juga akreditasi tiap fakultas dan berharap Unima bisa naikkan peringkat," jelasnya.
Sebab di Indonesia ada sekitar 3.320 kampus yang terbagi dalam 5 kluster. Kluster pertama terbaik ada 12 kampus dan di luar Jawa ada Unhas dan Universitas Andalas yang masuk, sementara untuk kluster dua ada 98 kampus dan Unima sudah termasuk di dalamnya menduduki urutan ke-79.
Selain itu, ia juga berkesan terhadap makanan di Unima. "Saya paling suka mujair dan nike," tuturnya.
Ia mengaku ada kesedihan juga, lantaran dirinya sudah mengonsentrasikan ilmu, kekuatan, dan ketulusan untuk Unima, namun ternyata belum cukup. "Karena masih banyak yang menyangsikan apa yang saya kerjakan," jelas dia.
Ada dua hal yang harus dikerjakannya adalah masalah statuta dan SOTK Unima. "Sebab itu fundamental Unima, harus kekinian," tuturnya.
Ada lagi masalah penanganan program pendidikan farmasi dan geothermal yang belum disetujui namun sudah menerima mahasiswa.
"Para mahasiswa yang sudah membayar tidak boleh dipidana, harus diantarkan pindah ke jurusan yang berdekatan dengan mata kuliah jurusan tersebut," ujarnya.
Dikatakannya tidak boleh ijazah keluar dari Unima, tanpa didukung oleh akademik Unima. "Kalau tidak ada bukti sah diploma maka yang bertanggung jawab adalah Unima," jelas dia. Ia jug meminta dosen dan staf yang tidak pernah masuk dievaluasi.
Tribunnews | Fitria Onu
Tidak ada komentar